Di Malaysia, kesadaran dan pengetahuan tentang kanker payudara tidak diwujudkan dalam tindakan,” kata Konsultan Onkologi Medis Beacon Hospital, Dr Azura Rozila Ahmad.
Ini adalah alasan utama mengapa banyak kasus kanker payudara terlambat terdeteksi (stadium 3 atau 4), meskipun penyakit ini semakin banyak menyerang wanita yang lebih muda.
Banyak wanita yang menunda mencari pertolongan, sering kali menganggap benjolan tersebut tidak berbahaya atau berharap benjolan tersebut akan hilang; mencari pertolongan medis hanya ketika gejalanya memburuk dan tidak dapat lagi diabaikan.
Tabu budaya, informasi yang salah, dan ketakutan merupakan hambatan utama dalam diagnosis dini.
“Namun, semakin lama Anda menunggu, semakin sulit kanker diobati,” Dr Azura menekankan perlunya tindakan dini.
Beberapa wanita menghindari pemeriksaan karena mereka khawatir akan kehilangan payudara atau bagaimana pengobatan dapat memengaruhi penampilan atau hubungan mereka.
Bagi yang lain, sifat payudara yang intim membuat pemeriksaan sendiri atau mendiskusikan perubahan dengan keluarga menjadi sulit.
Informasi yang salah di media sosial menambah kebingungan, sehingga menghalangi banyak orang untuk mengambil tindakan cepat dan mencari perawatan medis yang tepat yang dapat menyelamatkan nyawa mereka.
“Diskusi terbuka, edukasi yang lebih baik, dan dukungan masyarakat sangat penting dalam mengatasi tantangan ini.
Mengatasi hambatan-hambatan dalam deteksi dini ini dapat membuat perbedaan yang dapat menyelamatkan nyawa banyak perempuan.
MENGAMBIL TINDAKAN
Salah satu perempuan yang bertindak cepat adalah Natasha David, seorang kepala bagian hukum berusia 50 tahun di sebuah perusahaan teknik.
Dia awalnya menganggap nyeri di lengan dan bahu kirinya sebagai akibat kelelahan kerja, tetapi segera mencari bantuan setelah menemukan benjolan sebesar kelereng di payudaranya.
Kankernya didiagnosis pada stadium 2A-cukup dini untuk pengobatan yang efektif, meskipun masih membutuhkan keputusan yang sulit.
Natasha menghadapi diagnosisnya dengan tangguh, menerima perubahan dan menghadapi tantangan pengobatan dengan keberanian dan keanggunan.
Masih menjalani pengobatan, Natasha mengatakan bahwa perubahan terbesar yang ia rasakan adalah bahwa ia kini lebih santai dalam menjalani hidup. Sebelumnya, ia adalah seorang yang gila kerja dan sangat teliti, ia merasa perlu untuk mengendalikan segalanya.
Sekarang, ia telah belajar bahwa tidak apa-apa untuk menahan diri dan tidak semua hal harus segera ditangani.
Saat ini, Natasha berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran tentang deteksi dini, terutama di kalangan perempuan berbahasa Tamil, kelompok yang ia rasa kurang terlayani dalam edukasi kanker.
Ia berencana untuk membuat video TikTok untuk membagikan kisahnya dan mendorong pemeriksaan.
“Deteksi dini dan pengobatan menyelamatkan nyawa,” katanya, sebuah pesan yang ia harapkan dapat menginspirasi lebih banyak perempuan untuk bertindak tanpa penundaan.
Sumber artikel: NST